Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel sebelumnya di sini.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan
2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.

Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.

Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.

Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Gambar 1. Konfigurasi Sistem Tenaga Listrik.

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta pembatasan-pembatasan seperti pada Gambar diatas:
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan rendah.

Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
a. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-lain.
c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan grounding,dan lain-lain.
d. SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada SUTM dan SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.

Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik

Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Menurut nilai tegangannya:
a. Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20 kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan distribusi.
b. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2-2)

2. Menurut bentuk tegangannya:
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah.
b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan bolak-balik.

3. Menurut jenis/tipe konduktornya:
a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang) dan perlengkapannya, dan dibedakan atas:
- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus.
- Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel tanah (ground cable).
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut (submarine cable)

4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
a. Saluran Konfigurasi horizontal, bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral, atau saluran positip terhadap negatip (pada sistem DC) membentuk garis horisontal.

b. Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut membentuk garis vertikal .

c. Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk suatu segitiga (delta).


5. Menurut Susunan Rangkaiannya
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi di bedakan menjadi dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.
a. Jaringan Sistem Distribusi Primer,
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.

Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer, yaitu:
- Jaringan Distribusi Radial, dengan model: Radial tipe pohon, Radial dengan tie dan switch pemisah, Radial dengan pusat beban dan Radial dengan pembagian phase area.
- Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop dan bentuk Close loop.
- Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET)
- Jaringan distribusi spindle
- Saluran Radial Interkoneksi

b. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder,
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-peralatan sbb:
- Papan pembagi pada trafo distribusi,
- Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
- Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
- Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan.

gambar 2. Komponen Sistem Distribusi

Tegangan Sistem Distribusi Sekunder

Ada bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder menurut standar; (1) EEI : Edison Electric Institut, (2) NEMA (National Electrical Manufactures Association). Pada dasarnya tidak berbeda dengan sistem distribusi DC, faktor utama yang perlu diperhatikan adalah besar tegangan yang diterima pada titik beban mendekati nilai nominal, sehingga peralatan/beban dapat dioperasikan secara optimal. Ditinjau dari cara pengawatannya, saluran distribusi AC dibedakan atas beberapa macam tipe dan cara pengawatan, ini bergantung pula pada jumlah fasanya, yaitu:
1. Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt
2. Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
3. Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
4. Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
5. Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6. Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7. Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8. Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9. Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt

Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan 220/380 Volt. Sedang pemakai listrik yang tidak menggunakan tenaga listrik dari PT. PLN, menggunakan salah satu sistem diatas sesuai dengan standar yang ada. Pemakai listrik yang dimaksud umumnya mereka bergantung kepada negara pemberi pinjaman atau dalam rangka kerja sama, dimana semua peralatan listrik mulai dari pembangkit (generator set) hingga peralatan kerja (motor-motor listrik) di suplai dari negara pemberi pinjaman/kerja sama tersebut. Sebagai anggota, IEC (International Electrotechnical Comission), Indonesia telah mulai menyesuaikan sistem tegangan menjadi 220/380 Volt saja, karena IEC sejak tahun 1967 sudah tidak mencantumkan lagi tegangan 127 Volt. (IEC Standard Voltage pada Publikasi nomor 38 tahun 1967 halaman 7 seri 1 tabel 1).

Diagram rangkaian sisi sekunder trafo distribusi terdiri dari:
1. Sistem distribusi satu fasa dengan dua kawat, Tipe ini merupakan bentuk dasar yang paling sederhana, biasanya digunakan untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.
2. Sistem distribusi satu fasa dengan tiga kawat, Pada tipe ini, prinsipnya sama dengan sistem distribusi DC dengan tiga kawat, yang dalam hal ini terdapat dua alternatif besar tegangan. Sebagai saluran “netral” disini dihubungkan pada tengah belitan (center-tap) sisi sekunder trafo, dan diketanahkan, untuk tujuan pengamanan personil. Tipe ini untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.
3. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/240 Volt, Tipe ini untuk melayani penyalur daya berkapasitas sedang dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan pedesaan dan perdagangan ringan, dimana terdapat dengan beban 3 fasa.
4. Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt.
5. Sistem distribusi tiga fasa dengan tiga kawat, Tipe ini banyak dikembangkan secara ekstensif. Dalam hal ini rangkaian tiga fasa sisi sekunder trafo dapat diperoleh dalam bentuk rangkaian delta (segitiga) ataupun rangkaian wye (star/bintang). Diperoleh dua alternatif besar tegangan, yang dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan adanya pembagian seimbang antara ketiga fasanya. Untuk rangkaian delta tegangannya bervariasi yaitu 240 Volt, dan 480 Volt. Tipe ini dipakai untuk melayani beban-beban industri atau perdagangan.
6. Sistem distribusi tiga fasa dengan empat kawat, Pada tipe ini, sisi sekunder (output) trafo distribusi terhubung star,dimana saluran netral diambil dari titik bintangnya. Seperti halnya padasistem tiga fasa yang lain, di sini perlu diperhatikan keseimbangan beban antara ketiga fasanya, dan disini terdapat dua alternatif besar tegangan. 



Sumber: dunia-listrik.blogspot.com

Pengertian Transistor


Pengertian Transistor adalah sebagai piranti komponen elektronika yang terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai tiga elektroda (triode) yaitu dasar (basis), pengumpul (kolektor) dan pemancar (emitor). Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal, penyambung (switching) dan stabilisasi tegangan.
Transistor berasal dari bahasa transfer yang artinya pemindahan dan resistor yang berarti pengambat. Jadi pengertian transistor dapat di kategorikan sebagai emindahan atau peralihan bahan setengah penghantar menjadi penghantar pada suhu tertentu.
Di bawah ini, gambar dan bentuk fisik dari  Pengertian Transistor :
Pengertian TransistorTransistor
Fungsi dari transistor bermacam-macam, di mana dapat juga berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output Kolektor.
Transistor pertama kali di temukan oleh William Shockley, John Barden, dan W. H Brattain pada tahun 1948. Dan mulai di pakai dalam praktek pada tahun 1958. Ada 2 jenis transistor, yaitu transistor tipe P – N – P dan transistor jenis N – P – N.
Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuah rangkaian elektronika. Seperti halnya dalam rangkaian analog yang di gunakan dalam amplifier (penguat). Dalam sebuah rangkaian-rangkaian digital , transistor di gunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa pengertian transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-rangkaian lainnya.
Cara kerja transistor pada umumnya hampir sama dengan resistor, yang memiliki tipe-tipe dasar modern. Ada dua tipe dasar modern, yaitu bipolar junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect transistor (FET), yang masing-masing bekerja secara berbeda.
Transistor juga memiliki jenis-jenis yang berbeda-beda. Secara umum transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan banyak kategori, seperti Materi semikonduktor, Kemasan fisik, Tipe, Polaritas, Maximum kapasitas daya, Maximum frekuensi kerja, Aplikasi dan masih banyak jenis lainnya.
Demikian bahasan singkat tentang Pengertian Transistor, semoga dengan membaca artikel ini anda bisa memahami lebih banyak lagi tentang komponen transistor dan jenis-jenis nya. Silahkan baca artikel kami lainya tentang Fungsi Transistor.

Sumber: komponenelektronika.net

Sistem pembumian

Pembumian elektrik

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Lompat ke: pandu arah, cari
Dalam bidang kejuruteraan elektrik, istilah pembumian elektrik merujuk kepada sambungan litar elektrik ke bumi, sama ada secara fizikal ataupun sebagai "laluan balik" ke punca kuasa elektrik, bergantung kepada aplikasi yang digunakan.
Rajah 1: Elektrod bumi (kiri) pada sebuah rumah di Australia. Perhatikan warna wayar bumi yang ditandakan dengan warna hijau-kuning.
Terdapat beberapa sebab mengapa litar elektrik dibumikan. Dalam sistem bekalan elektrik sesalur, sambungan ke bumi dilakukan atas sebab keselamatan, terutamanya bagi mencegah bahagian peralatan elektrik yang dapat disentuh oleh manusia daripada diuja dengan voltan tinggi yang berbahaya akibat kegagalan penebat elektrik, atau dengan kata lain, melindungi pengguna daripada kebocoran arus elektrik dengan menyediakan satu laluan elektrik ke bumi. Sambungan ke bumi juga boleh mengehadkan pembentukan cas elektrik statik semasa mengendalikan bahan mudah terbakar ataupun semasa membaiki peralatan elektronik. Bagi pendawaian kenderaan pula, semua peralatan elektrik kenderaan dibumikan ke badan kenderaan (tanpa sambungan secara fizikal ke bumi) bagi menyediakan satu laluan balik ke bateri, sekaligus menjimatkan penggunaan kuprum.

Isi kandungan

Sejarah

Sistem talian telegraf jarak jauh sejak tahun 1820 menggunakan dua atau lebih wayar untuk membawa isyarat serta arus balikan. Kemudian, satu penemuan baru, mungkin oleh seorang saintis Jerman bernama Carl August Steinheil pada tahun 1836-1837 [1], mendapati bahawa bumi boleh digunakan sebagai laluan balik bagi melengkapkan litar tanpa memerlukan wayar balikan. Walau bagaimanapun, sistem tersebut terdapat beberapa masalah, contohnya melalui talian telegraf jarak jauh yang dibina pada tahun 1861 oleh Western Union Company antara Saint Joseph, Missouri, dan Sacramento, California. Semasa cuaca kering, sambungan bumi sering membentuk rintangan tinggi, menyebabkan pengguna terpaksa menyiram air pada elektrod bumi bagi membolehkan telegraf berfungsi.
Lama kemudian, setelah telefon mula menggantikan telegraf, didapati bahawa arus di dalam bumi yang diaruh oleh sistem bekalan elektrik, landasan kereta api elektrik, sistem telefon dan telegraf, serta kilat menyebabkan gangguan yang tidak boleh diterima pada isyarat bunyi; oleh itu, sistem dua wayar diperkenalkan semula.
Keperluan bagi membumikan peralatan elektrik bermula hasil ciptaan plag 3 pin oleh Philip F. Labre, semasa beliau masih menuntut di Sekolah Kejuruteraan Milwaukee (MSOE). Dikatakan tuan rumahnya mempunyai seekor kucing yang suka melanggar kipasnya semasa datang dari arah tingkap. Setiap kali dia memalamkan kipas itu semula, dia akan terkena kejutan elektrik. Labre mendapati bahawa jika plag tersebut dibumikan, arus elektrik akan pergi ke bumi dan bukannya ke badan tuan rumahnya. Beliau memohon dan seterusnya diberikan paten bagi plag dan soket yang dibumikan pada 5 Jun 1928.[1] Setelah keperluan bagi pemasangan yang lebih selamat menjadi semakin ketara, sistem 3 pin yang dibumikan diwajibkan di kebanyakan negara industri.

Pendawaian pada sistem AC

Dalam sistem pendawaian bekalan elektrik sesalur arus ulang-alik (AC), wayar bumi merupakan wayar dengan sambungan elektrik ke bumi. Dengan menyambungkan peralatan elektrik ke bumi, sebarang kegagalan penebat akan menyebabkan arus elektrik mengalir ke bumi; jika tidak, peralatan elektrik tersebut akan diuja dengan voltan tinggi, mendedahkan pengguna kepada bahaya kejutan elektrik. Sambungan bumi yang betul akan menyebabkan peralatan perlindungan arus berlebihan untuk berfungsi bagi melumpuhkan litar yang gagal itu. Dengan turut menyambungkan objek logam yang tidak membawa arus elektrik bersama-sama ke bumi, sebarang kegagalan litar pada sistem tidak mengujakan voltan berbahaya pada bahagian logan berkenaan yang boleh menyebabkan kejutan elektrik.
Wayar bumi disambungkan ke satu atau lebih elektrod bumi. Selain sistem pendawaian, sistem perpaipan bekalan air dan gas ada kalanya turut dibumikan bersama. Ada kalanya paip bekalan air turut digunakan sebagai elektrod bumi tetapi ia diharamkan di beberapa negara yang menggunakan paip plastik seperti PVC. Selain itu, sesetengah antena radio dan televisyen serta sistem perlindungan kilat turut dibumikan.
Peralatan elektrik yang dipasang secara kekal biasanya disambung ke pengalir bumi kekal. Peralatan elektrik mudah alih pula mungkin turut mempunyai sambungan bumi melalui pin bumi pada plag masing-masing. (sila rujuk Plag dan soket AC domestik). Saiz pengalir bumi biasanya ditetapkan oleh pihak berkuasa kebangsaan.

Komponen yang wajib dibumikan

Antara komponen yang wajib dibumikan adalah seperti berikut:-

Jenis sistem pembumian

Piawaian antarabangsa IEC 60364 membahagikan sistem pembumian elektrik kepada tiga keluarga utama, dengan menggunakan kod dua huruf iaitu TN, TT, dan IT.
Huruf pertama menandakan sambungan antara bumi serta peralatan bekalan kuasa elektrik (seperti janakuasa dan transformer):
T  :  sambungan terus ke bumi (Bahasa Perancis: terre);
I  :  tiada titik sambungan ke bumi (pengasingan), kecuali melalui galangan tinggi.
Huruf kedua menandakan sambungan antara bumi serta peralatan elektrik yang dibekalkan kuasa:
T  :  sambungan terus ke bumi, bebas daripada sebarang sambungan yang lain ke bumi di dalam sistem bekalan;
N  :  sambungan ke bumi melalui rangkaian bekalan.

Rangkaian TN

Di dalam sistem pembumian TN, satu daripada titik pada penjana elektrik atau transformer disambungkan ke bumi, biasanya pada titik sambungan bintang dalam sistem bekalan tiga fasa. Badan peralatan elektrik dihubungkan ke bumi melalui sambungan bumi pada transformer.
TN-S-earthing.svg
Wayar pengalir yang menyambungkan bahagian berlogam yang terdedah dipanggil wayar bumi (PE). Pengalir yang disambungkan ke titik bintang pada sistem tiga fasa, ataupun yang membawa arus balikan pada sistem fasa tunggal, dikenali sebagai neutral (N). Terdapat tiga varian utama sistem TN:
TN−S  :  PE dan N merupakan pengalir berasingan yang hanya disambungkan bersama berhampiran punca kuasa.
TN−C  :  Pengalir gabungan PEN menggabungkan kedua-dua fungsi pengalir PE dan N.
TN−C−S  :  Sebahagian daripada sistem menggunakan pengalir gabungan PEN, yang kemudiannya berpecah kepada talian PE dan N secara berasingan pada satu titik tertentu. Pengalir gabungan PEN biasanya digunakan antara substesen dan titik masukan ke dalam bangunan, di mana pengalir PE dan N yang berasingan digunakan.
TN-S-earthing.svg TN-C-earthing.svg TN-C-S-earthing.svg
TN-S: Wayar bumi (PE) dan neutral (N) berasingan dari transformer ke unit pengguna, yang tidak disambungkan bersama pada mana-mana titik selepas titik pengagihan bangunan. TN-C: Pengalir gabungan PE dan N sepanjang sistem dari transformer ke unit pengguna. TN-C-S: Pengalir gabungan PEN dari transformer ke titik pengagihan bangunan, tetapi dipecahkan kepada pengalir PE dan N pada pendawaian dalaman kekal serta wayar kuasa boleh lentur.
Adalah tidak mustahil untuk menggunakan kedua-dua sistem TN-S dan TN-C-S daripada transformer yang sama. Contohnya, pelindung pada sesetengah kabel bawah tanah terkakis dan berhenti menyediakan sambungan bumi yang baik, maka sistem pembumian bagi rumah-rumah dengan sambungan bumi yang "kurang baik" didapati bertukar kepada TN-C-S.

Rangkaian TT

Di dalam sistem pembumian TT, sambungan bumi pengguna disediakan melalui sambungan tempatan ke bumi, bebas daripada sebarang sambungan pada penjana elektrik.
TT-earthing.svg

Rangkaian IT

Di dalam sistem pembumian IT, sistem pengagihan tidak mempunyai sebarang sambungan bumi, ataupun ia hanya mempunyai sambungan bergalangan tinggi. Di dalam sistem sebegini, satu alat pemantau penebatan digunakan untuk memantau galangan.
IT-earthing.svg

Macam-macam Alat Ukur

Macam Alat Ukur Elektronik dan Fungsinya

Posted by MohDuro On 06 September, 2012
Alat Ukur Elektronika dan Fungsinya | Alat ukur elektronik (listrik) merupakan perkakas/alat yang digunakan untuk mengukur besaran-besaran listrik seperti hambatan listrik (R), kuat arus listrik (I), beda potensial listrik (V), daya listrik (P), dan lainnya. Terdapat dua jenis alat ukur yaitu alat ukur analog dan alat ukur digital.

Berikut adalah macam-macam alat ukur listrik :
  • Amper-meter
  • Voltmeter
  • Ohm-meter
  • Multimeter Analog/Digital
  • Oscilloscope
  • Generator fungsi
  • Digital Signal Analyzer
  • Spectrum meter 
  • dll
1 Ampermeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik baik untuk listrik DC maupun AC yang ada dalam rangkaian tertutup. Amperemeter biasanya dipasang berderet dengan elemen listrik. Cara menggunakannya adalah dengan menyisipkan amperemeter secara langsung ke rangkaian.

Ampermeter

Ampermeter

Ampermeter

Ampermeter posisi nol di tengah
2. Voltmeter
Voltmeter adalah alat/perkakas untuk mengukur besar tegangan listrik dalam suatu rangkaian listrik. Voltmeter disusun secara paralel terhadap letak komponen yang diukur dalam rangkaian. Alat ini terdiri dari tiga buah lempengan tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca atau plastik. Lempengan luar berperan sebagai anode sedangkan yang di tengah sebagai katode. Umumnya tabung tersebut berukuran 15 x 10cm (tinggi x diameter).

Alat Ukur Elektronik dan Fungsinya
Voltmeter
3. Ohm-meter
Ohm-meter adalah alat untuk mengukur hambatan listrik, yaitu daya untuk menahan mengalirnya arus listrik dalam suatu konduktor. Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat ini dinyatakan dalam ohm. Alat ohm-meter ini menggunakan galvanometer untuk mengukur besarnya arus listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang kemudian dikalibrasikan ke satuan ohm.

Macam Alat Ukur Elektronik dan Fungsinya
Ohm-meter
4. Multitester Analog/Digital
Multimeter adalah alat untuk mngukur listrik yang sering dikenal sebagai VOAM (VolT, Ohm, Ampere meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun arus (amper-meter). Ada dua kategori multimeter: multimeter digital atau DMM (digital multi-meter)(untuk yang baru dan lebih akurat hasil pengukurannya), dan multimeter analog. Masing-masing kategori dapat mengukur listrik AC, maupun listrik DC.
Macam Alat Ukur Elektronik dan Fungsinya
Multitester Digital
Macam Alat Ukur Elektronik dan Fungsinya
Multitester Analog
5. Oscilloscope
Oscilloscope/osiloskop adalah alat ukur elektronika yang berfungsi memproyeksikan bentuk sinyal listrik agar dapat dilihat dan dipelajari. Osiloskop dilengkapi dengan tabung sinar katode. Peranti pemancar elektron memproyeksikan sorotan elektron ke layar tabung sinar katode. Sorotan elektron membekas pada layar. Suatu rangkaian khusus dalam osiloskop menyebabkan sorotan bergerak berulang-ulang dari kiri ke kanan. Pengulangan ini menyebabkan bentuk sinyal kontinyu sehingga dapat dipelajari.

Macam Alat Ukur Elektronik dan Fungsinya
osiloskop
6. Generator fungsi
Generator fungsi adalah alat ukur yang digunakan sebagai sumber pemicu yang diperlukan, merupakan bagian dari peralatan (software) uji coba elektronik yang digunakan untuk menciptakan gelombang listrik. Gelombang ini bisa berulang-ulang atau satu kali.

Macam Alat Ukur Elektronik dan Fungsinya
Generator fungsi
Generator fungsi analog umumnya menghasilkan gelombang segitiga sebagai dasar dari semua outputnya. Segitiga ini dihasilkan oleh kapasitor yang dimuat dan dilepas secara berulang-ulang dari sumber arus konstan.

Tipe lain dari generator fungsi adalah sub-sistem yang menyediakan output sebanding terhadap beberapa input. Contohnya, output berbentuk kesebandingan dengan akar kuadrat dari input. Alat seperti itu digunakan dalam sistem pengendali umpan dan komputer analog. 
 
 
 
 
 
 
 
Sumber: remibrain.blogspot.com/

Gerbang Logika


Gerbang logika atau gerbang logik adalah suatu entitas dalam elektronika dan matematika Boolean yang mengubah satu atau beberapa masukan logik menjadi sebuah sinyal keluaran logik. Gerbang logika terutama diimplementasikan secara elektronis menggunakan diode atau transistor, akan tetapi dapat pula dibangun menggunakan susunan komponen-komponen yang memanfaatkan sifat-sifat elektromagnetik (relay), cairan, optik dan bahkan mekanik.

Daftar isi

Gerbang elektronika

Untuk membangun sistem logika yang berfungsi secara penuh, relay, tabung hampa, atau transistor dapat digunakan. Contoh gerbang logika yaitu logika resistor-transistor (resistor-transistor logic / RTL), logika diode–transistor (diode-transistor logic / DTL), logika transistor-transistor (transistor-transistor logic / TTL), dan logika complementary metal–oxide–semiconductor (CMOS).

Jenis-jenis gerbang logika

Nama Fungsi Lambang dalam rangkaian Tabel kebenaran
IEC 60617-12 US-Norm DIN 40700 (sebelum 1976)
Gerbang-AND
(AND)
Y = A \wedge B

Y = A\cdot B

Y = A\,B
IEC AND label.svg Logic-gate-and-us.svg Logic-gate-and-de.png
A B Y
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Gerbang-OR
(OR)
Y = A \vee B

Y = A + B\!
IEC OR label.svg Logic-gate-or-us.png Logic-gate-or-de.png
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
Gerbang-NOT
(NOT, Gerbang-komplemen, Pembalik(Inverter))
Y = \overline{A}

Y = \neg A
IEC NOT label.svg Logic-gate-inv-us.png Logic-gate-inv-de.png \
A Y
0 1
1 0
Gerbang-NAND
(Not-AND)
Y = \overline{A \wedge B}

Y = A \overline{\wedge} B

Y = \overline{A\,B}
IEC NAND label.svg Logic-gate-nand-us.png Logic-gate-nand-de.png
A B Y
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Gerbang-NOR
(Not-OR)
Y = \overline{A \vee B}

Y = A \overline{\vee} B

Y = \overline{A + B}
IEC NOR label.svg Logic-gate-nor-us.png Logic-gate-nor-de.png
A B Y
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
Gerbang-XOR
(Antivalen, Exclusive-OR)
Y = A \,\underline{\lor}\, B

Y = A \oplus B
IEC XOR label.svg Logic-gate-xor-us.png Logic-gate-xor-de.png
atau
Logic-gate-xor-de-2.png
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Gerbang-XNOR
(Ekuivalen, Not-Exclusive-OR)
Y = \overline{A \,\underline{\lor}\, B}

Y = A \,\overline{\underline{\lor}}\, B

Y = \overline{A \oplus B}
IEC XNOR label.svg Logic-gate-xnor-us.png Logic-gate-xnor-de.png
atau
Logic-gate-xnor-de-2.png
A B Y
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas